Kasus Rasisme
Akhir-akhir
ini kita dikabarkan dengan berita-berita terkait ujaran kebencian yang
menimbulkan konflik di Indonesia. Konflik Papua adalah yang paling menonjol
dalam bulan Agustus kemarin. Ujaran kebencian yang menimbulkan rasisme ini
sangat ramai dibicarakan.
Ujaran kebencian yang berawal dari hoaks yang disebarkan
oleh oknum tak bertanggung jawab ini membuat suasana panas yang menimbulkan
kasus disanderanya mahasiswa Papua di Surabaya. Kasus rasisme tak hanya
berhenti langsung saat itu tapi telah mempengaruhi wilayah papua yang saat itu
kondisi menjadi tidak kondusif.
Beberapa upaya pun dalam perdamaian dan menstabilkan
kondisi Papua juga Indonesia saat itu dilakukan mulai dari bertemunya Gubernur Jawa Timur dan Papua, para masyarakat yang terus mengkampanyekan aksi damai Papua dan kampanye anti rasisme. Setelah kurang lebih sebulan tersangka
penyebaran hoaks pada kasus Papua pun telah ditetapkan.
Intropeksi
Diri
Setelah menilik kasus Papua tersebut, kita dapat memetik
pelajaran bahwasannya Indonesia adalah Negara yang penuh dengan keberagaman dan
perbedaan. Pluralisme Indonesia yang tak hanya melibuti kebudayaan tapi ras dan
suku. Keberagaman dan perbedaan tersebut seharusnya tak pernah menimbulkan
kasus seperti rasisme seperti ini. Kita sudah tahu bahwa karena perbedaan harus
dapat menghargai satu sama lain. Hal seperti ini seharusnya tidak terjadi terlebih lagi hanya karena berita hoaks.
Seharusnya kita mampu menyaring apapun berita yang telah diterima terlebih
dalam era digital saat ini karena penyebaran hoaks melalui media siber sangat
pesat.
Keberagaman di Indonesia seharusnya tak mudahnya terpecah
belah. Kita dapat intropeksi diri bahwasannya menjaga kesatuan di Indonesia
lewat toleransi antar budaya dan mampu menyaring informasi dalam era digital
saat ini.
Upaya-Upaya
Mempersatukan Indonesia Lewat Budaya
Setelah belajar
dari kasus tersebut dan khususnya intropeksi diri sendiri. Upaya-upaya
menyatukan kesatuan dan kerukunan masyarakat pun timbul. Selain menyerukan anti
rasisme hanya berupa kata-kata. Kita dapat membuat sebuah pagelaran kebudayaan
meliputi seni atau apapun hal positif lain yang mewakilkan aksi damai agar
memperat kerukunan kembali dan meredam hangatnya suasana saat ini. Adanya
bentuk-bentuk kecil berupa pengekspresian aksi damai melalui seni budaya akan
cepat dan mudah diterima masyarakat diberbagai kalangan. Lagipula, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Baca juga disini Pastinya kita memerlukan bantuan orang lain. maka dari itu semboyan berbeda-beda tapi tetap satu jua harus terus diterapkan secara nyata juga.
Komentar
Posting Komentar